Menjelang Silaturahmi Akbar Blitza Remigion 679, Endangono Dhulurmu, Dab!
Keluarga besar Blitza Remigion ini tidak dibangun atas azas materi. Kita semua dipersatukan oleh ukhuwah Gontory yang tak lekang oleh zaman.
24 Oktober 2017 13:16 WIB

Mungkin ada yang berpikir, kenapa kita bikin pertemuan yang skalanya besar dengan jarak waktu yang terlalu mepet. Ada yang beranggapan; “Baru tahun kemarin kita ngumpul di Ponorogo, kok tahun ini bikin acara lagi di Jogja”. Ada juga yang agak menggugat; “Ini konten Silatnas apa aja? Kalau kita cuma datang ke Silatnas agendanya hanya tajamuk, ndak perlu di Jogja!”. Dan seabrek anggapan lain yang muncul ke permukaan. Tidak ada yang salah dengan argumen-argumen itu, semua orang bebas berpendapat di Negara ini, kan sudah dijamin kebebasannya oleh Undang-Undang?
Ngumpulke balung pisah. Resminya, di agenda marhalah kita itu terdaftar 945 orang, faktanya dalam perjalanan selama 6 tahun sejak tahun 2000, jumlah yang tergabung dalam keluarga besar Blitza Remigion itu lebih dari itu. Mungkin jika didaftari, lebih dari 1000 orang jumlahnya. Dan tahun lalu di Ponorogo, yang datang di acara besar perdana kita belum mencapai sepertiganya. Iya, 300 orang pun belum sampai yang datang. Nah, Silatnas Blitza Remigion tahun ini adalah sebuah acara yang memang digagas untuk menjaring lebih banyak lagi teman-teman Blitza Remigion yang sudah lama terpisah.
Saya sendiri mengakui, bahwa pasca Reuni Blitza di 90 tahun Gontor 2016 lalu, teman-teman di Regional mulai menggeliat dan berkumpul. Mulai akrab lagi satu sama lain, mulai sering berkumpul lagi, bermuwajahah satu sama lain. Saya rasa ini hasil yang positif dari pertemuan di Ponorogo tahun lalu. Beberapa dari kalian mulai berkumpul sesuai dengan pemetaan bidangnya masing-masing. Satu modal awal yang baik untuk bersinergi bersama di masa yang akan datang. Bahkan, saya melihat sudah banyak pula yang mulai merintis sinergi bersama, meskipun skalanya masih sangat kecil.
Kemuliaan Sikap Hidup Masih Subur di Gontor
Mungkin antum ingat salah satu pesan KH Syukri Zarkasyi, bahwa setiap 5 tahun kita harus memiliki pencapaian prestasi untuk mengukur diri kita. Silakan hitung mundur, sejak kita lulus dari Gontor kita saat ini sedang memasuki fase 5 tahun ke-3. Saya sendiri melihat begitu pesat perkembangan teman-teman Blitza Remigion dalam menapaki kariernya masing-masing. Mulai yang terjun ke dunia bisnis hingga akademis. Salam hormat saya buat antum semua. Perjuangan antum dalam mencapai itu semua mulai terlihat hasilnya. Meskipun tidak dipungkiri juga masih banyak yang berada pada fase proses. Setidaknya saya memetakan ada dua wilayah; fighting dan survive. Sebagian dari antum saat ini sudah ada yang mencapai titik survive, titik dimana antum saat ini berjuang mempertahankan kondisi antum saat ini yang mungkin sudah mulai memasuki zona nyaman. Sementara ada juga yang masih berada di titik fighting, titik dimana antum masih mencari wilayah yang tepat untuk menegaskan hidup antum. Apapun itu, yang namanya hidup penuh dinamika. Kalau orang jawa bilang; sawang-sinawang.
Blitza Remigion itu bukan sebuah Perusahaan, juga bukan sebuah Partai Politik. Blitza Remigion ini hanya sebuah komunitas non profit. Tetapi, harus saya akui bahwa Blitza Remigion diisi oleh orang-orang berkualitas yang penuh talenta. Beberapa orang yang pernah bertukar pikiran dengan saya berpesan bahwa jangan sampai ikatan keluarga ini hancur tak tersisa, harus segera disinergikan potensinya. Sebuah usulan yang bagi saya sangat positif dan masuk akal. Tentu saja bukan saya sendiri yang melakukannya. Disinilah saya melihat betapa ikatan tanpa darah ini begitu erat terjalin.
Jika ditanya; apa goal dari Silatnas Blitza Remigion kali ini? Saya sendiri tidak bisa menjanjikan apa-apa dari Silatnas kali ini. Panitia pelaksana pun saya yakin juga tidak memiliki jawaban yang memuaskan. Begitu juga dengan Tim 12, bisa jadi jawaban yang mereka kemukakan justru akan mengecewakan antum. Yang bisa saya lakukan hanya ikut mensupport perjuangan teman-teman Panitia lokal di Jogja yang hampir setiap malam mereka berkumpul mempersiapkan acara ini. Mereka yang sangat tulus dan ikhlas, tanpa pamrih apapun telah mengorbankan tenaga, pikiran dan harta mereka. Menyingkirkan ego pribadi mereka demi suksesnya acara besar Blitza Remigion kali ini. Mereka yang sudah berkeluarga, juga punya tanggungan kesibukan lain di tempat mereka bekerja, ternyata mampu dan mau berkorban untuk menyisihkan sebagian tenaga seta pikiran mereka untuk kita. Masa iya kita menutup mata dan cuek? Tega antum?
Maka, dengan ini saya pribadi mengajak antum-antum semua, keluarga besar Blitza Remigion untuk hadir di Silatnas Blitza Remigion 2017 di Jogja yang akan kita selenggarakan beberapa hari lagi. Mari sedikit luangkan waktu kita untuk kembali bersua dengan keluarga kita ini. Beberapa ungkapan yang juga sampai ke telinga saya; ana mafi fulus pek, kaifa difa’ tasyjiluhu bakdin? ana astahi pek, aktsarukum kholas ghoni, kholas sukses, wa ma ana? wa man ana?.
Kalau antum masih memiliki anggapan pesimis seperti itu, sampai hari kiamat pun antum akan tetap merasa inferior. Keluarga besar Blitza Remigion ini tidak dibangun atas azas materi. Kita semua dipersatukan oleh ukhuwah Gontory yang tak lekang oleh zaman.
Akhi, masih ada waktu untuk berkoordinasi dengan temen-temen konsul antum. Sudahlah, singkirkan semua anggapan-anggapan yang tidak perlu. Datanglah ke Jogja hari Jum’at nanti, entah bagaimana cara antum datang ke Jogja, jangan risau dan galau nanti di Jogja bagaimana. Panitia sudah memikirkan semuanya. Kurang enak apa coba? Tinggal datang, ikut kumpul, ketemu dengan yang lainnya. Siapa tau setelah Silatnas Blitza Remigion kali ini, ada peluang bisnis yang bisa antum manfaatkan kedepannya?
Ana tunggu kehadiran antum di Jogja! Endangono dhulurmu, Dab!
Ditulis oleh: Menulis Sampai Baik
*Tulisan ini adalah 'Suara Kita' kiriman dari pembaca. Jitunews.com tidak bertanggung jawab terhadap isi, foto maupun dampak yang timbul dari tulisan ini. Mulai menulis sekarang.
Kyai Gontor Bertemu Pemain Arsenal, Mesut Oezil Diharapkan Main di Gontor Stadion
Admin | : | Syukron Fadillah |