Budidaya Tiram dengan Ban Bekas Mampu Dongkrak Ekonomi di 5 Wilayah Aceh
Pembudidayaan tiram dengan memanfaatkan ban bekas, mampu mendongkrak penghasilan sejumlah nelayan tiram di Provinsi Nangro Aceh Darussalam.
20 Maret 2017 19:15 WIB

Teknologi pembudidayaan Tiram dengan media ban bekas. | acehoysters.blogspot.co.id |
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Pembudidayaan tiram dengan memanfaatkan ban bekas, mampu mendongkrak penghasilan sejumlah nelayan tiram di Provinsi Nangro Aceh Darussalam.
Program yang lebih dikenal dengan istilah Rumah Tiram ini, sengaja diperkenalkan sekelompok dosen yang mengikuti program Satu Indonesia milik PT Astra International Tbk, kepada nelayan tiram di Aceh.
Keprihatinan mereka melihat kondisi nelayan tiram yang didominasi kaum perempuan dalam mencari tiram dengan berendam di air laut saat air surut, kemudian menggugah sekelompok dosen yang diketuai Ichsan Rusydi, membuat satu inovasi.
Mahasiswa UNY Ubah Limbah Jamur Tiram Jadi Pupuk Organik, Seperti Apa?
Hingga akhirnya ditemukanlah teknologi ban bekas yang digunakan sebagai media tiram untuk menempel. Dengan demikian tiram memiliki tempat tinggal atau rumah untuk hidup lebih optimal.
"Selama ini salah satu sektor ini adalah yang termarjinalkan. Tidak pernah ada perhatian dari pada LSM. Pemerintah kurang tersentuh teknologinya. Oleh karena itu melalui kita, kita membuat pilot project berhasil sehingga masyarakat yang selama ini merendam diri cari tiram, dengan ini masyarakat bisa lebih terbantu secara ekonomi," ungkap pemenang apresiasi program Satu Indonesia kategori kelompok tahun 2016, Ichsan Rusydi, di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (20/3).
Sebelumnya, Ichsan mengaku, pendapatan nelayan tiram hanya sekitar Rp 20.000 per hari dari 2 mug sebesar kaleng susu yang diperoleh langsung dari alam.
"Tapi dengan adanya teknologi ini bisa capai Rp 80.000," pungkasnya.
Hal tersebut diperoleh dari manajemen penanaman tiram yang rutin dilakukan setiap harinya. Sehingga panen tiram bisa dilakukan setiap lima bulan sekali, di ana satu kali panen mampu menghasilkan 2 mug tiram per ban.
"Karena kita buat manajemen hari ini tanam 10 ban, 365 hari sama dengan 365.000 ban. 5 bulan kemudian panen itu. Satu ban bisa panen sekitar 2 mug satu hari dan bisa panen 10 ban. hari kedua panen dan seterusnya," ujarnya.
Tak hanya itu, ukuran tiram yang semula minim kini bisa mencapai 7 cm atau melebihi standar ukuran ekspor seperti di Singapura yang rata-rata hanya berukuran 5 cm.
"Makanya tiram kita berpotensi besar untuk diekspor. Kita sedang usahakan, jalin komunikasi dengan teman-teman di luar negeri, supaya kita bisa ekspor," jelasnya.
Setidaknya hingga kini ada lima titik di Provinsi Aceh yang telah mengembangkan teknologi ini. Tiga di antaranya di wilayah Tibang, Langka, dan Alue Naga.
Penulis | : | Citra Fitri Mardiana, Vicky Anggriawan |