Teknis Jitu Budidaya Tomat Recento Ala Saung Mirwan
Idealnya, recento ditanam pada ketinggian 500 di atas permukaan laut (dpl) sampai 600 dpl
24 November 2016 11:05 WIB

Buah tomat. | shutterstock |
JAKARTA, JITUNEWS.COM – Hanya beberapa buah tomat yang memiliki kualitas yang dapat diterima di pasar modern seperti swalayan, hypermarket atau sebagai komoditas sayuran ekspor. Salah satu di antaranya adalah tomat recento.
Di Indonesia sendiri, tomat yang bernama Latin Lycopersicon esculentum Mill Var. Recento ini sudah banyak yang membudidayakan. Salah satunya oleh Saung Mirwan di Megamendung, Puncak, Jawa Barat.
Menurut Muhamad Wasil, staf produksi PT Saung Mirwan, budidaya tomat recento sejatinya tak sulit, malah hampir sama dengan tomat-tomat lokal pada umumnya. Hanya saja para petani harus memiliki benih tomat recento yang hanya bisa diimpor dari luar negeri.
Peran Positif Mulsa Dalam Budidaya Tomat
Dilansir Kontan, idealnya, recento ditanam pada ketinggian 500 di atas permukaan laut (dpl) sampai 600 dpl. Dan, faktor penting untuk mendukung pertumbuhan tomat ini adalah suhu udara yang dingin dan sejuk. Kata Wasil, bila tomat dibudidayakan di suhu yang terlalu panas, saat panen buah tomat akan pecah-pecah atau retak.
“Suhu udara yang dingin memang menjadi syarat utama tomat recento tumbuh dengan sempurna. Suhu udara yang cocok mulai dari 25 s.d 30 derajat celsius,” ungkapnya.
Di atas lahan budidaya seluas satu hektare, Saung Mirwan menanam sekitar 3.000 bibit tomat recento. Proses budidayanya sendiri dimulai dari proses penyemaian benih selama tiga minggu. Setelah itu, bibit dimasukan ke green house.
"Media tanam yang dipakai arang sekam untuk merangsang pertumbuhan akar," beber Wasil.
Benih tomat hasil penyemaian dimasukkan ke dalam polybag dengan tinggi 35 cm dan berdiameter 25 cm.
Dalam proses perawatan, petani harus rajin memberi pupuk cair setiap hari hingga masa panen yang biasanya jatuh pada bulan ketiga. Tomat hasil panen sempurna bila berwarna merah dengan buah berbentuk bulat serta memiliki berat sekitar 150 gram hingga 250 gram.
Diakui Wasil, meski permintaannya terus meningkat, ia mengaku pihaknya belum bisa menambah kapasitas produksi.
"Harga bibitnya masih mahal karena harus impor langsung dari Belanda," katanya.
Tidak hanya bibitnya yang mahal, biaya produksi tomat recento juga tinggi. Wasil menghitung, satu pohon tomat recento, sejak mulai penyebaran benih hingga penanaman, membutuhkan biaya hingga Rp 80.000.
Biaya itu mencakup pembelian bibit, penyediaan polybag, pemberian pupuk cair, pemberian fungisida, hingga perawatan selama 3 bulan sampai saat panen.
Penulis | : | Riana |