•  

logo


Kabar Duka: Dr Suwido Limin, Ahli Gambut Kelas Dunia Tutup Usia

Suwido Limin merupakan salah seorang sesepuh masyarakat Dayak, sehari-harinya mengajar di Universitas Negeri Palangka Raya, Kalimantan Tengah

7 Juni 2016 07:51 WIB

Dr Suwido Limin, ahli gambut kelas dunia tutup usia Senin (6/6) subuh pada usia 61 tahun karena menderita kanker.
Dr Suwido Limin, ahli gambut kelas dunia tutup usia Senin (6/6) subuh pada usia 61 tahun karena menderita kanker. augrindlimin.blogspot.com

JAKARTA, JITUNEWS.COM –  Dr Suwido Limin, ahli lahan gambut kelas dunia tutup usia hari Senin (6/6) subuh pada usia 61 tahun karena mengidap penyakit kanker.

Suwido Limin merupakan salah seorang sesepuh masyarakat Dayak yang sehari-harinya mengajar di Universitas Negeri Palangka Raya, Kalimantan Tengah, dan menjabat Direktur CIMTROP yang memusatkan perhatian pada penelitian kerja sama dalam kesinambungan lahan gambut tropis.

Upacara pemakaman Suwido akan dilakukan pada hari Rabu (8/6) besok.


Pers Indonesia Berduka. Selamat Jalan, Bang Leo Batubara!

Bernat Ripoll Capilla, salah seorang Direktur OuTrop, lembaga pegiat orang utan dan perlindungan habitat satwa, merasa belum siap untuk ditinggal sosok Suwido. 

"Kami kehilangan pribadi yang sangat penting dan berpengaruh. Dia merupakan inspirasi. Dia memiliki peran di banyak tempat, di lapangan bersama komunitas Dayak berjuang untuk mendapatkan hak tanah, membangun komunitas pemadam kebakaran dan memimpin penelitian tentang lahan gambut serta mendekati para politisi. Dia seseorang yang amat khusus," ujar Capilla.

Capilla pun mengatakan, 'warisan' Suwido Limin akan tetap diteruskan.

"Dia merupakan panutan yang membangun sesuatu dalam waktu 20 tahun terakhir yang akan bertahan. Dia pelopor dalam penelitian lahan gambut dan memiliki komitmen kuat dalam konservasi," tutur Capilla.

Dikutip dari BBC Indonesia, pada masa puncak kebakaran hutan di Palangka Raya akhir tahun lalu, Suwido rela tidur di tenda bersama para relawan komunitas pemadam kebakaran yang didirikannya.

Pada masa itu dia bekerja hingga tengah malam untuk ikut memadamkan api yang semakin mendekat ke pusat kota. Dia melakukannya selama dua bulan, siang dan malam.

"Api di tanah seperti ini amat berbahaya, mereka menghasilkan lebih banyak emisi," kata Suwido kala itu.

"Kebakaran gambut amat unik karena menyebar di bawah permukaan tanah sehingga memerlukan waktu untuk memadamkannya dan tidak bisa diduga. Anda bisa memadamkan api di satu tempat, namun kemudian api marak di belakang Anda," lanjut Suwido.

Suwido Limin memperkirakan kebakaran hutan tahun 2015 menghasilkan emisi CO2 yang sama jumlahnya dengan yang dihasilkan Inggris Raya pada tahun sebelumnya.

Bantu Korban Gempa, Tagana Asmat Terjun ke Palu

Halaman: 
Penulis : Riana