•  

logo


Inovatif! IPB Ubah Sampah Sayuran Jadi Wafer untuk Domba

wafer pakan ternak ini berbentuk padat dan ringkas, serta sangat memudahkan penanganan, pengawetan, penyimpanan dan mobilisas

1 Juni 2016 14:18 WIB

Wafer dari limbah sayur untuk pakan ternak.
Wafer dari limbah sayur untuk pakan ternak. kompas

BOGOR, JITUNEWS.COM - Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat inovasi mengolah sampah sayuran menjadi wafer untuk pakan domba dan ternak lainnya. 

Wafer ini terbuat dari limbah kol dan tauge yang diperoleh di pasar, dan sudah merupakan hasil penyiangan.

“Limbah kol di Pasar Induk Kramat Jati dapat mencapai 17,2% dari total kol yang masuk setiap hari. Kol juga termasuk sayuran dengan kadar air tinggi sehingga mudah mengalami pembusukan/kerusakan. Hal itu membuat kami tertantang untuk melakukan eksperimen,” kata Guru Besar Fakultas Peternakan IPB, Prof Yuli Retnani.


Mendulang Untung dari Budidaya Ayam Hias, Tertarik?

Sementara itu, limbah tauge yang dipakai bisa berupa akar maupun kulit kecambah yang berwarna hijau. Dari penelitian sebelumnya dinyatakan jika nutrisi kulit tauge setara dengan rumput lapangan jika diberikan kepada ternak domba.

Menyoal proses pembuatannya, kata Prof Yuli, kedua bahan tersebut dijemur dahulu untuk mengurangi kadar air dan mempermudah pengolahan.

“Kemudian kita menyusun formulasi pakan yang tepat agar bisa dikonsumsi ternak,” ungkap Prof Yuli.

Dikatakan Prof Yuli, wafer pakan ternak buatannya berbentuk padat dan ringkas, serta sangat memudahkan penanganan, pengawetan, penyimpanan dan mobilisasi. 

“Sayuran yang sudah dijemur kemudian dicacah menggunakan hammermill, lalu ditambahkan bahan penyusun wafer dengan formula dan diaduk sampai semua bahan tercampur,” jelas Prof Yuli.

Selanjutnya, bahan tersebut dicetak sebesar 5 x 5 x 5 cm dan disimpan selama 24 jam dalam suhu ruangan yang sejuk untuk kemudian diberikan pada ternak. 

Menurut Prof Yuli, wafer ini bertekstur padat sehingga  saat dikonsumsi harus ditambahkan air. Wafer sayuran sisa pasar ini cocok untuk peternakan di daerah perkotaan maupun daerah bencana.

Soal Penyebab Kematian Sapi di NTT, Ini Klarifikasi Dirjen PKH Kementan

Halaman: 
Penulis : Aditya Kurniawan, Riana