•  

logo


Jagung Transgenik, Produk Bioteknologi Pengundang Kontroversi

Jagung transgenik akan menjadi andalan dalam pemecahan masalah perjagungan di masa mendatang

22 Oktober 2014 13:57 WIB

ISTIMEWA
ISTIMEWA

JAKARTA, JITUNEWS.COM – Pengembangan jenis jagung transgenik sampai kini masih menjadi pro dan kontra di Indonesia. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat meminta Pemerintah meneliti potensi resiko lingkungan terhadap pelegalan benih jagung trasngenik. Hal ini menyusul adanya desakan dari beberapa pihak agar Indonesia mulai menanam benih jagung transgenik untuk mengurangi impor jagung.

Jagung transgenik dikembangkan melalui rekayasa genetik yang akan menjadi andalan dalam pemecahan masalah perjagungan di masa mendatang.  Seperti diketahui, pemuliaan secara konvensional mempunyai keterbatasan dalam mendapatkan sifat unggul dari tanaman. Dalam rekayasa genetik jagung, sifat unggul tidak hanya didapatkan dari tanaman jagung itu sendiri, tetapi juga dari spesies lain sehingga dapat dihasilkan tanaman transgenik.

Meski disinyalir mempunyai beberapa keunggulan,produk rekayasa genetic tetap banyak yang menganggap sebagai produk tidak alami karena menggabungkan gen tanaman dengan gen bakteri atau gen lain yang bukan kerabatnya, dampak terhadap habitatnya bisa tidak terduga. Penyebaran gen dari tanaman transgenik juga sering dianggap sebagai ancaman terhadap keanekaan hayati, terutama pada tanaman liar yang sudah terancam punah, meski menurut beberapa ilmuwan pendapat ini sulit diterima.


Teknologi Jitu Robot Khusus Pemanggil Walet

Ketua HKTI Jabar Entang Sastraatmaja menilai sebelum diterbitkannya regulasi pelegalan tentang benih jagung transgenik maka pemerintah harus mengkaji terlebih dulu potensi risiko lingkungan. “Beberapa penelitian memang sudah dilakukan dan dianggap aman. Namun untuk risiko lingkungan harus lebih dipertimbangkan,” katanya beberapa waktu lalu.

Menurutnya, jika Pemerintah sudah meneliti risiko transgenik terhadap lingkungan dinyatakan aman. Selanjutnya, regulasi pelegalan bisa diterbikan untuk mengatasi tingginya impor jagung yang selama ini dilakukan.

“Di sini pemerintah harus berani mengambil sikap, apakah akan mengembangkan jagung transgenik untuk mengatasi impor jagung atau memiliki solusi lain untuk mengatasinya?” katanya.Permintaan jagung dalam negeri terutama untuk pakan meningkat pesat dan Indonesia mempunyai masalah pada supply dan demand, di mana untuk supply outputnya tergantung pada pertanian,” katanya.

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragihmenyatakan ada tiga hal yang menyebabkan benih transgenik tidak boleh dikembangkan di Indonesia. Pertama, dari aspek keamanan pangan bagi kesehatan. Belum ada satu penelitian yang menjamin bahwa pangan rekayasa genetik 100% aman untuk dikonsumsi. Kedua, dari aspek lingkungan, yakni tanaman rekayasa genetik berpotensi merusak keseimbangan lingkungan di sekitarnya. Hama dan penyakit tanaman akan lari ke ladang-ladang konvensional. Sehingga mau tidak mau, petani tersebut harus beralih menjadi pengguna benih rekayasa genetik yang harganya mahal. Dan ketiga, aspek penguasaan ekonomi.

Selain itu, Henry melanjutkan, di banyak kasus, benih transgenik tingkat kegagalan panen sangat tinggi. Seperti hasil evaluasi tanaman transgenik sepanjang tahun 2009 di Amerika Serikat oleh UCS (Union of Concern Scientist) sekelompok ilmuwan yang meneliti terhadap pemanfaatan bioteknologi.

“Kami dari SPI memberikan pandangan dan sikap, yakni Kementerian Pertanian (Kementan) diminta tidak mengeluarkan izin pelepasan benih jagung transgenik. Kementan dan LIPI melalui badan penelitian dan pengembangannya diminta terus meningkatkan penelitian perbenihan dan pertanian yang berbasis kekayaan hayati nasional, bekerjasama dengan petani penangkar serta universitas. Hal ini akan menciptakan lapangan kerja, kemandirian ekonomi, dan kepastian keunggulan benih,” beber Henry.

 

Tips Jitu Meracik Pupuk Bokashi

Halaman: 
Penulis : Riana,