China Minta Pelaku Sabotase Jalur Pipa Nord Stream Diadili
China meminta agar insiden pengrusakan jalur pipa gas Rusia-Jerman segera diselidiki secara adil dan tidak memihak
28 Maret 2023 18:46 WIB

Peta Jalur Pipa Gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 | tangkapan layar Twitter |
JAKARTA, JITUNEWS.COM - China meminta agar insiden ledakan yang menghancurkan jalur pipa gas Rusia-Jerman, Nord Stream, pada akhir September 2022 lalu harus diselidiki secara adil dan tidak memihak, serta hasil investigasi tersebut dipublikasikan sesegera mungkin. Hal itu disampaikan oleh wakil dubes China untuk PBB Geng Shuang pada hari Senin (27/3).
Menurutnya, insiden ledakan tersebut merupakan hasil dari tindak sabotase yang juga akan menjadi ancaman bagi keamanan infrastruktur global.
"Sabotase jahat ini tidak hanya menyangkut keamanan infrastruktur Eropa, tetapi juga infrastruktur global dan transnasional. Investigasi insiden yang objektif, tidak memihak, dan profesional adalah kepentingan semua negara, sehingga temuannya dapat dipublikasikan sebagai sesegera mungkin dan para pelaku dimintai pertanggungjawaban," kata diplomat itu dalam pidatonya di pertemuan Dewan Keamanan PBB.
AS Gelar KTT 'Summit for Democracy', Rusia: Manifestasi yang Jelas dari Praktik Neokolonial
Seperti diketahui, Jalur pipa Nord Stream mengalami kebocoran pada 26 September 2022 lalu akibat serangkaian ledakan bawah laut di dekat pulau Bornholm, Denmark.
Beberapa hari setelah insiden terjadi, Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson, mengatakan bahwa Swedia tidak akan membagikan hasil penyelidikannya terkait tindak sabotase terhadap jalur pipa Nord Stream dengan pemerintah Rusia.
“Di Swedia, penyelidikan awal kami bersifat rahasia, dan itu, tentu saja, juga berlaku dalam kasus ini,” katanya pada 10 Oktober 2022, dikutip Jitunews dari RT.com.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mencurigai AS sebagai pelaku pengrusakan jalur pipa gas Nord Stream.
“Semua orang mengerti siapa yang berada di balik ini dan siapa yang diuntungkan. Seseorang sekarang dapat memaksa gas alam cair dari AS ke negara-negara Eropa dalam skala yang jauh lebih besar,” kata Putin dalam pidato di forum Pekan Energi Rusia di Moskow, Rabu (12/10) dikutip RT.com.
Menurutnya, tindakan sabotase tersebut dilakukan karena AS ingin pengiriman komoditas gas Rusia ke Eropa terhenti, sehingga negara-negara Eropa terpaksa membeli gas alam cair (LNG) Amerika yang lebih mahal.
“Siapa yang berdiri di belakang tindakan sabotase terhadap jaringan pipa Nord Stream? Jelas, mereka yang ingin sepenuhnya memutuskan hubungan antara Rusia dan Uni Eropa, merusak kedaulatan politik Eropa, melemahkan kapasitas industrinya, dan menguasai pasarnya,” kata presiden.
Kim Jong-un Ingin Korea Utara Tingkatkan Kapasitas Produksi Senjata Nuklir
Penulis | : | Tino Aditia |