Rhenald Kasali Bahas soal Resesi di Forum Bisnis Muscab IX HIPMI Surakarta
Sudah tiga kali Indonesia mengalami resesi.
5 Februari 2023 05:30 WIB

Elizabeth Sudira dan Prof. Rhenald Kasali, Ph.d dalam Forum Bisnis Muscab IX HIPMI Solo di The Sunan Hotel, Sabtu (4/2/2023). | Dok. Jitunews/Iskandar |
SOLO, JITUNEWS.COM — Akademisi sekaligus praktisi bisnis, Prof. Rhenald Kasali, Ph.d menjadi pembicara dalam forum bisnis Musyawarah Cabang (Muscab) IX HIPMI Surakarta di The Sunan Hotel Solo, Sabtu (4/2/2023).
Pendiri Rumah Perubahan itu membahas soal ancaman resesi yang beberapa waktu terakhir menjadi momok, khususnya bagi para pengusaha.
Rhenald merasa heran dengan banyaknya orang yang takut dengan resesi secara berlebihan. Pasalnya, Indonesia sudah tiga kali diterpa permasalahan tersebut, yakni pada 1963, 1998, dan 2020/2021.
Usaha Lemper Cepat Datangkan Untung
Pada 1963, resesi dipicu oleh hiperinflasi. Saat itu Indonesia, secara ekonomi dan politik, dikucilkan dari dunia internasional karena sikap yang konfrontatif, seperti beranjak dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Selanjutnya resesi pada 1998 yang dipantik oleh Krisis Keuangan Asia. Krisis bermula ketika Thailand meninggalkan kebijakan nilai tukar tetapnya terhadap dolar AS. Imbasnya rupiah melemah dari yang semula Rp2.500 menjadi Rp16.900 per dolar.
Terakhir kali, resesi dialami pada 2020/2021. Kali ini disebabkan oleh krisis kesehatan. Penyebaran virus Covid-19 dari China ke seluruh dunia mendorong Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkannya sebagai pandemi global. Seiring hal ini, perekonomian terjun bebas.
Rhenald menilai tak sedikit orang saat ini yang meyakini resesi mengalami kecemasan berlebih. Menurutnya, pengusaha harus jeli dalam menelaah keadaan. Ia menekankan perlunya berpikir secara tepat ketika dihadapkan pada suatu persoalan, sehingga bisa terus adaptif.
"Tugas kita sebagai pengusaha adalah terus mengantarkan ke depan," kata Rhenald Kasali.
"Kelilingi diri dengan informasi yang berkualitas. Kalau punya orang yang memberikan masukan salah, maka kita akan mengambil keputusan yang salah," imbuh guru besar ilmu manajemen Universitas Indonesia (UI) itu.
Selain itu, Rhenald Kasali juga membicarakan fenomena bisnis bernapas pendek. Dia mengungkapkan tingkat kematian usaha masih tinggi.
Komisaris Utama PT. Pos Indonesia itu mengingatkan setiap pengusaha untuk tidak terlena pada kesuksesan. Sebab hal itu bersifat temporer. Oleh karena itu, pebisnis semestinya tak cepat puas dan selalu membuka diri terhadap tantangan.
"Kalau tidak ada tantangan, tak ada inisiatif untuk bergerak," ujar dia.
Ketika menjalankan bisnis, lanjut Rhenald, sebaiknya tidak semata uang yang dicari, melainkan nama juga. Peluasan jejaring menurutnya akan melahirkan banyak peluang.
"Kalau anda mencari uang, belum tentu anda dapat uang. Tapi kalau anda bangun nama, suatu saat anda akan dikejar uang," jelasnya.
Rhenald menambahkan ada beberapa pantangan yang tak boleh dilangkahi pengusaha, mulai dari bertikai hingga menipu. Ia menekankan itu perbuatan yang sangat fatal.
"Jaga nama ini bukan sekadar reputasi, brand, tapi menjaga perilaku, mengambil keputusan yang anda menang sekalipun anda tidak berani mengeksekusi. Karena ini menyangkut kepentingan dalam jangka panjang. Bukan menang-menangan," terang pengusaha 62 tahun itu.
Penulis | : | Iskandar |