•  

logo


Presiden Turki Dinilai Layak Dapatkan Hadiah Nobel Perdamaian

Menlu Hungaria Peter Szijjarto menilai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pantas mendapat Hadiah Nobel Perdamaian karena sudah mengupayakan penyelesaian konflik Rusia-Ukraina melalui negosiasi

1 Februari 2023 17:31 WIB

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan istimewa

JAKARTA, JITUNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto menyatakan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan harus dipertimbangkan untuk mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian atas upayanya dalam menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina melalui negosiasi.

Berbicara pada konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada hari Selasa (31/1), Szijjarto memuji peran Erdogan dalam menegosiasikan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam dan menjadi tuan rumah pembicaraan damai antara Moskow dan Kiev tahun lalu, meski gagal membuahkan hasil.

“Siapa pun yang berbicara tentang perdamaian segera ditampilkan sebagai sekutu (Presiden Rusia Vladimir) Putin, mereka langsung digambarkan sebagai teman Rusia, propagandis Kremlin,” kata Szijjarto, dikutip Jitunews dari Russia Today.


Turki Bakal Ijinkan Swedia Gabung NATO, Tapi Ada Syaratnya

“Tapi satu-satunya cara untuk mengakhiri perang adalah melalui negosiasi. Upaya sukses Turki dalam mediasi telah membuktikan hal ini,” tambahnya.

“Satu-satunya upaya mediasi yang berhasil yang memberikan harapan perdamaian adalah dari Turki, Presiden Erdogan dan Menteri Cavusoglu secara pribadi, yang mengarah pada Inisiatif Pengiriman Biji-bijian melalui Laut Hitam,” lanjutnya.

“Berkat upaya Turki, kami dapat mendekati harapan perdamaian,” imbuhnya.

Meski menjadi anggota NATO, namun Turki hingga kini masih bersikap netral dan tidak menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Turki juga terus mempertahankan hubungan diplomatik dan perdagangan, baik dengan Ukraina maupun Rusia.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga sudah mengunjungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin sejak Moskow terlibat pertempuran dengan Kiev pada akhir Februari 2022 kemarin. Awal bulan Januari 2023 kemarin, Erdogan bahkan mengatakan kepada kedua pemimpin bahwa ia tetap siap untuk menengahi "perdamaian permanen" antara Ukraina dengan Rusia.

Sementara itu, upaya Turki untuk merundingkan perdamaian Rusia-Ukraina sejauh ini telah gagal. Menurut beberapa laporan media, sebuah kesepakatan antara Ukraina dan Rusia sebenarnya dapat dicapai setelah pembicaraan di Istanbul, Turki, pada Maret 2022 lalu.

Namun, delegasi Ukraina tiba-tiba memutuskan untuk tidak melanjutkan proses pembicaraan damai dengan Rusia setelah Boris Johnson yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris berkunjung ke Kiev. Konon, dalam kunjungan tersebut Boris Johnson mendesak pejabat Ukraina untuk terus berjuang mengalahkan Rusia melalui pertempuran.

Teheran Minta AS Tak Mulai Perang dengan Iran

Halaman: 
Penulis : Tino Aditia