Presiden Kroasia Yakin Ukraina Tak Akan Pernah Bisa Rebut Wilayah Krimea dari Rusia
Presiden Kroasia mengatakan bahwa peningkatan bantuan militer dari negara-negara Barat ke Ukraina hanya akan memperparah situasi konflik
31 Januari 2023 16:25 WIB

Presiden Kroasia Zoran Milanovic | China Daily |
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Presiden Kroasia Zoran Milanovic, pada Senin (30/1) menilai bantuan militer yang semakin mematikan ke Ukraina dari kekuatan NATO "sangat tidak bermoral" dan hanya akan memperpanjang konflik berdarah Kiev dengan Rusia, menyebabkan lebih banyak korban dan meningkatkan risiko perang nuklir dalam pengejaran tujuan yang tidak masuk akal.
“Saya menentang pengiriman senjata mematikan apa pun ke sana,” kata Milanovic kepada wartawan dalam sebuah pengarahan di Petrinja, selatan Zagreb, dikutip Jitunews dari Russia Today.
“Itu hanya memperpanjang perang. Apa tujuannya? Melukai Rusia? Ganti rezim? Mereka berbicara tentang mempartisi Rusia. Ini adalah kegilaan," tambahnya.
Soal Aksi Bakar Al Qur'an, Tokoh Agama di Denmark: Idiot
Milanovic berkomentar setelah pemerintah Jerman dan AS pekan lalu mengumumkan bahwa mereka telah memutuskan untuk mengirim tank tempur ke Ukraina. Moskow telah memperingatkan bahwa bantuan semacam itu menimbulkan risiko eskalasi yang lebih besar, terutama jika senjata Barat digunakan untuk menyerang kota-kota Rusia atau mencoba merebut wilayah Rusia.
Meski demikian, Washington dan sekutu utamanya NATO telah berjanji untuk terus mempersenjatai Ukraina untuk memenangkan konflik dengan Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sudah mengatakan bahwa pasokan senjata NATO tersebut memungkinkan pihaknya untuk merebut kembali semua wilayah yang hilang, termasuk wilayah Semenanjung Krimea. Semenajung Krimea sendiri sudah bergabung dengan Federasi Rusia setelah terjadinya aksi kudeta pemerintahan di Kiev pada tahun 2014 silam.
Milanovic meyakini jika Semenanjung Krimea “tidak akan pernah" kembali menjadi wilayah milik Ukraina.
Milanovic mengatakan upaya untuk memprovokasi konflik dengan Rusia sudah berlangsung sejak 2014. Dia memperingatkan bahwa para pemimpin NATO tidak boleh berasumsi bahwa mereka dapat memperlakukan Rusia seperti Serbia, yang dibom oleh blok Barat pada tahun 1999 di tengah meningkatnya pertempuran untuk pembebasan wilayah Kosovo.
“Mohon dipahami Rusia tidak sama dengan Serbia,” kata Milanovic.
“Itu fakta yang menyakitkan, dan berbahaya. Kami menganeksasi Kosovo, kami dan komunitas internasional. Itu (Kosovo) direbut dari Serbia. Apakah kita tidak melakukannya? Apakah kita tidak mengenali Kosovo?” tukasnya.
PM Ukraina Sebut Negaranya Bakal Jadi Anggota Uni Eropa Dua Tahun Lagi
Penulis | : | Tino Aditia |