Batas Harga Gas Diprediksi Picu Krisis Energi di Eropa
Bloomberg melaporkan bahwa kebijakan batas harga untuk komoditas gas alam dapat membuat Eropa mengalami kekurangan pasokan
21 Desember 2022 11:43 WIB

Ilustrasi Operator Gas Alam | istimewa |
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Batas harga gas yang disepakati oleh Uni Eropa pada pekan ini dinilai dapat memicu terjadinya krisis energi yang lebih dalam di blok tersebut karena kelangkaan pasokan.
Menurut laporan Bloomberg pada Selasa (20/12), analis dari Golden Sachs mengatakan bahwa "mekanisme koreksi pasar", yang ditujukan untuk melindungi bisnis dan rumah tangga Uni Eropa dan mencegah meroketnya harga gas, pada kenyataannya dapat meningkatkan jumlah permintaan dan memicu kelangkaan pasokan gas yang lebih buruk di Eropa.
Meningkatnya permintaan diprediksi akan menekan pasokan global dan mungkin memaksa otoritas Uni Eropa untuk membatasi pendistribusian gas dalam skenario terburuk.
International Mask Festival 2016 Digelar Selama 2 Hari di Mangkunegaran Solo
Intervensi Uni Eropa di sektor energi tersebut juga dinilai dapat membuat kawasan ini menghadapi persaingan yang lebih kuat dari Asia karena permintaan gas di China mulai pulih seiring dengan dilonggarkannya pembatasan Covid.
Bloomberg menambahkan bahwa para ekonom memperingatkan bahwa dengan memberlakukan batas atas harga gas, importir Eropa mungkin menghadapi masalah dalam mengamankan pengiriman gas alam cair (LNG) karena pemasok gas cenderung lebih memilih Asia jika harga gas di sana lebih tinggi.
Untuk diketahui, Uni Eropa dan Asia bersaing untuk pengiriman LNG, dengan harga mencapai rekor tertinggi di kedua pasar awal tahun ini. Persaingan yang ketat dapat menjadi lebih buruk karena komoditas tersebut berasal dari eksportir yang sama, seperti AS dan Qatar.
Sementara itu, Pakar energi asal Prancis Damien Ernst, menilai kebijakan pembatasan harga gas berjangka yang disepakati oleh Uni Eropa tidak akan berdampak signifikan terhadap situasi pasar energi. Pasalnya, menurut indeks harga gas berjangka Dutch Title Transfer Facility (TTF), komoditas tersebut saat ini diperdagangkan pada level 108 Euro per megawatt/jam (MWh). Sementara batas harga akan diberlakukan jika harga gas berada di level 188 Euro per MWh.
"Pembatasan harga pada 100 euro per MWh dapat memiliki beberapa efek, tetapi pembatasan tersebut tidak akan pernah diaktifkan pada 188 euro per MWh. Pembatasan harga baru ini tidak akan menstabilkan pasar sama sekali: tidak akan membawa pengaruh apa pun," kata Ernst kepada Sputniknews.
Pada akhir November kemarin, Komisi Eropa mengusulkan batas harga sebesar 275 euro per MWh untuk gas berjangka TTF selama dua minggu, meskipun faktanya harga gas sempat melampaui batas ini hanya dalam beberapa hari saja pada Agustus 2022.
Penulis | : | Tino Aditia |