Sebut Negara Barat Sering Paksakan Aturan, PM Rusia: Pasti Akan Gagal
PM Rusia mengatakan bahwa negara-negara Barat selama ini menerapkan tekanan politik dalam upaya untuk memaksakan aturan mereka
5 Desember 2022 22:31 WIB

Mikhail Mishustin | DW |
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan bahwa upaya negara-negara Barat untuk menggertak pihak lain, termasuk Rusia, agar bermain sesuai aturan mereka adalah “tidak sah,” dan pada akhirnya akan gagal. Hal itu ia sampaikan kepada Perdana Menteri China, Li Keqiang, pada pertemuan tahunan ke-27 antara kepala pemerintahan dari Moskow dan Beijing, yang digelar secara virtual pada hari Senin (5/12).
“Tatanan dunia global sedang mengalami transformasi yang serius,” kata Mishustin, dikutip RT.com.
Ia menambahkan negara Barat menerapkan tekanan politik dalam upaya untuk memaksakan aturan mereka sendiri, sambil mengabaikan kepentingan negara lain.
Zelensky Yakin Ukraina Bisa Kalahkan Tentara Rusia Selama Musim Dingin
Salah satu bentuk pemaksaan tersebut adalah dengan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia, termasuk dengan memberlakukan pembatasan harga terhadap komoditas minyak Rusia.
“Upaya seperti itu pasti akan gagal,” tambahnya.
Mishustin juga mengatakan Rusia bersedia memenuhi semua kewajiban kontraktualnya terkait dengan pengiriman energi ke China dan siap mengerjakan proyek baru dan lebih luas di bidang itu.
Sebelumnya, Rusia dan China telah sepakat untuk melakukan transaksi energi menggunakan mata uang nasional kedua negara, bukan dolar AS. Terkait hal itu, Mishustin mengumumkan bahwa hampir setengah dari semua perdagangan antara kedua negara sekarang dilakukan dengan menggunakan rubel Rusia atau yuan China.
Dia menyatakan bahwa “tepatnya” bagaimana perdagangan harus dilakukan sesuai dengan logika kebijakan ekonomi dan keuangan yang berdaulat di dunia multipolar.
Menurutnya, perdagangan antara Rusia dan China, dalam sepuluh bulan terakhir, telah mencapai tingkat pertumbuhan dua digit dan telah meningkat hampir sepertiga, mendekati $150 miliar, dan diproyeksikan akan melebihi $200 miliar dalam waktu dekat.
Sementara itu, meski Beijing telah menyatakan keberatan tentang operasi militer Moskow melawan Kiev, namun mereka masih mempertahankan sikap netral dengan menolak untuk ikut menjatuhkan kebijakan sanksi terhadap Rusia. Diplomat China terus menyerukan resolusi damai dan bahkan mengkritik keputusan yang diambil oleh negara-negara Barat soal pengiriman senjata ke Ukraina. China meyakini jika hal itu hanya akan memperpanjang dan meningkatkan permusuhan.
Kanada Ingin Kirim Lebih Banyak Kapal Perang untuk Lintasi Selat Taiwan, Apa Maksudnya?
Penulis | : | Tino Aditia |