Meski Sudah Kehabisan Senjata, Jerman Masih Tetap Ingin Bantu Ukraina
Menlu Jerman mengatakan bahwa negaranya kini sudah kehabisan pasokan senjata sehingga tidak lagi mampu mengirimkan bantuan militer ke Ukraina.
29 Agustus 2022 16:47 WIB

Menlu Jerman Annalena Baerbock | istimewa |
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, pada Minggu (28/8) mengatakan bahwa meski saat ini Jerman sudah kehabisan senjata dan tidak dapat mengirim lebih banyak persenjataan ke Ukraina seperti yang dijanjikan. Meski begitu, Baerbock menegaskan bahwa Berlin akan terus memberikan dukungan, baik secara militer maupun finansial kepada Kiev di masa depan.
"Saya mengerti bahwa Ukraina menginginkan pengiriman (senjata) yang lebih cepat dan lebih besar. Tetapi kami tidak memiliki jumlah massal yang berfungsi, sistem modern yang dibutuhkan saat ini, dan (kami tidak) siap untuk pengiriman dalam stok kami saat ini," katanya dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Bild am Sonntag.
Ia menambahkan bahwa bantuan senjata sangat penting bagi pasukan Kiev karena konflik Rusia-Ukraina bisa jadi berlangsung selama lebih dari satu tahun.
"Tentu saja, saya ingin [konflik] berakhir secepat mungkin, tetapi, sayangnya, kita harus berasumsi bahwa musim panas mendatang Ukraina masih membutuhkan senjata berat baru," katanya.
Menurut laporan media, Jerman sejauh ini masih menjadi salah satu donor utama bagi Ukraina dengan sudah mengirimkan bantuan militer sebesar $1,7 miliar. Jerman juga berjanji untuk terus memberikan bantuan senjata di masa depan untuk "membantu" Ukraina mengakhiri konflik. Bantuan itu termasuk persenjataan anti-pesawat Gepard dan IRIS-T, peluncur roket ganda Mars, howitzer self-propelled Panzerhaubitze 2000, peluncur rudal 70mm dan berbagai macam peluru serta rudal.
Di sisi lain, pemerintah Rusia berulang kali menegaskan bahwa langkah negara-negara barat mengirimkan pasokan senjata ke Ukraina hanya akan memperpanjang dan meningkatkan konflik. Menurut Rusia, sejak pasokan senjata Barat pertama kali tiba di Ukraina, pemerintah Volodymyr Zelensky mulai mengabaikan semua upaya untuk menyelesaikan konflik melalui negosiasi.
Harga Gas Alam Eropa Diprediksi Bakal Capai Level Tertinggi pada Akhir Tahun Ini
Penulis | : | Tino Aditia |