Para Akademisi Bentuk ARCHIE untuk Dongkrak Level Kompetitif dan Inovasi Indonesia
Dr Ulani Yunus, selaku Founder ARCHIE, menjelaskan bahwa asosiasi tersebut dibentuk sebagai wadah bagi para peneliti untuk bertukar ide dan berkolaborasi untuk menciptakan karya yang bermanfaat bagi masyarakat
22 April 2021 19:56 WIB

Dr. Ulani Yunus, Founder ARCHIE | dok jitunews |
JAKARTA, JITUNEWS.COM - The Association of Researcher in Coomunication, Humanities, Information System and Engineering (ARCHIE), pada Kamis (22/4) menyelenggarakan Webinar yang bertajuk "Aplikasi Riset dalam Dunia Komunikasi, Humaniora dan Teknologi, yang bertujuan untuk membuka ruang diskusi tentang penerapan riset-riset di berbagai bidang ilmu.
"Webinar ini menghadirkan narasumber yaitu Dr.Tatang Mutaqin dari Bappenas, Dr. Eng Rando Tungga Dewa dari Universitas Pertahanan serta Dr.Arif Budi Wurianto dari UMM. Hadir sebagai keynote speaker founder ARCHIE sekaligus leader Rig Crosscom, Dr.Ulani Yunus dari Binus University. Webinar ini bertujuan untuk membuka ruang diskusi tentang penerapan riset-riset multi disiplin dan interdisiplin di sector public maupun privat," Dr. Ulani Yunus, Founder ARCHIE dalam siaran pers yang diterima oleh redaksi Jitunews pada Kamis (22/4).
Acara tersebut juga dihadiri oleh 130 dosen dari berbagai perguruan tinggi dan menjadi momentum berdirinya ARCHIE yang bertujuan untuk mendongkrak Global Competitiv Index 4.0 Indonesia yang sejauh ini masih berada di urutan ke-50 dari 114 negara, serta Global Innovation Index Indonesia yang berada di peringkat 85 dari 113 negara.
Trump Positif Covid-19, Ini Kata Pengamat Ekonomi AS
"Adapun latar belakang berdirinya ARCHIE adalah kebutuhan akademisi juga para peneliti untuk berafiliasi dengan komunitas internasional dalam menjawab berbagai persoalan, baik persoalan kemasyarakatan maupun kemanusiaan. Kehadiran ARCHIE diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara private, social maupun global. Diharapkan juga output penelitian dapat mendorong kesejahteraan dan dapat meningkatkan Global Competitiveness Index 4.0 Indonesia yang berada di level 50 dari 141 negara juga meningkatkan Global Innovation Index Indonesia di Peringkat 85 dari 131 negara," tambahnya.
Pembentukan asosiasi ini juga diharapkan menjadi sebuah media bagi para peneliti, akademisi dan praktisi di bidang komunikasi, humaniora, informastika dan teknologi , baik dari Indonesia maupun luar negeri untuk saling bertukar pikiran, atau bahkan berkolaborasi dalam menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia.
"Assosiasi ini membawa misi untuk mewujudkan para peneliti Indonesia dan mancanegara yang berintegritas, professional, berdaya saing global, maju dan berpihak pada kemanusiaan. Dalam mewujudkan visi tersebut asosiasi menetapkan visi untuk 15 tahun kedepan yakni: (1) Meningkatkan profesionalisme peneliti yang beretika; (2) menegakan kode etik dan perilaku peneliti selanjutnya disebut Kode Etik dan Perilaku peneliti (KEPP) terkait dengan tugas-tugas penelitian, pengembangan dan pengkajian; (3) Memberikan dukungan pada penegakan hak asasi manusia (HAM) bagi peneliti terkait dengan tugas-tugas penelitian, pengembangan dan pengkajian; (4) memperjuangkan hak intelektual peneliti dan kesejahteraan peneliti; (5) memberikan akses fasilitas kepada peneliti; dan (6) membangun sinergi antara peneliti lembaga penelitian Kementerian, Lembaga Non Kementerian, Pemerintah pusat, dan kabupaten/kota; Perguruan Tinggi, pihak swasta dan lembaga internasional untuk menghasilkan iptek yang berguna bagi kemanusiaan," tukasnya.
Duterte Tak Bisa Hadiri Pertemuan ASEAN terkait Pembahasan Isu Myanmar di Jakarta
Penulis | : | Tino Aditia |