Potensi Konflik, Hasto Minta Istilah Perang Badar Tak Digunakan di Pilkada 2020
Menurutnya, istilah semacam itu justru berpotensi memecah belah bangsa.
22 September 2020 06:00 WIB

Hasto Kristiyanto. | Jitunews/Latiko Aldilla Dirga |
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto meminta elite politik tak menganalogikan Pilkada sebagai sebuah perang. Menurutnya, istilah semacam itu justru berpotensi memecah belah bangsa.
"Problemnya seringkali di elite, ada yang mengatakan Pilkada sebagai Perang Badar. Justru itu di elite yang seringkali terjebak menggunakan upaya segala cara," ujar Hasto dalam sebuah diskusi virtual, Senin (21/9).
"Potensi konflik yang pertama analisa yang salah tentang Pemilu dianggap sebagai perang. Ini harus dihindari. Jangan masukan wacana rakyat dengan perang," tegasnya.
Mantan Ketua MK Soal Pilkada: Mudarat Menunda Jauh Lebih Besar dan Kacau
Istilah 'Perang Badar' pernah dikemukakan oleh Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Neno Warisman pada Pilpres 2019 lalu.
Neno, kala itu membacakan doa dalam acara Munajat 212. Dalam kesempatan itu, ia menyebut pemilihan presiden seperti Perang Badar.
Untuk diketahui, Perang Badar berlangsung saat Nabi Muhammad memimpin 319 pasukan Muslim bersenjata seadanya menghadapi ribuan musuh bersenjata lengkap.
Konser Pilkada Tak Edukasi Soal Visi-Misi Calon, DKPP: Yang Disorot Adalah Penyanyinya
Penulis | : | Iskandar |