Strategi Pemulihan Citra Pariwisata Pasca Bencana di Sulawesi Tengah
Dampak yang terjadi akibat gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi menyebabkan kerusakan fisik dan psikis
22 Januari 2020 23:30 WIB

Pemandangan Masjid Terapung Palu pasca gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah |
Dahsyatnya bencana gempa bumi di Kabupaten Donggala pada penghujung tahun 2018 ternyata diikuti dengan fenomena alam lainnya, yaitu tsunami di pantai barat Sulawesi Tengah beserta likuifaksi di Kota Palu dan Kabupaten Sigi. Dampak yang terjadi akibat gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi menyebabkan kerusakan fisik dan psikis pasca bencana. Sayangnya rekaman gempa bumi di Indonesia sepanjang tahun 2018 menunjukkan variasi dari lokasi dan skala gempa sehingga tidak mungkin dilakukan prakiraan akan terjadinya gempa bumi.
Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah andalan pariwisata di Indonesia Timur yang dikenal dengan sebutan Bumi Tadulako. Namun, daerah ini tidak terlepas dari ancaman bencana gempa bumi. Pada tanggal 28 September 2018, tercatat gempa bumi sebesar 7,4 skala richter menyerang Kabupaten Donggala dengan jarak titik episentrum 80 km di utara Kota Palu. Karena pusat gempa terdapat di pantai barat, maka Kabupaten Donggala menjadi wilayah yang mengalami kerusakan terparah. Kerusakan parah berlokasi di sepanjang jalan Trans Sulawesi di pantai barat Sulawesi Tengah, seperti di Kecamatan Sirenja hingga Kecamatan Palu Barat dan Biromaru yang terdampak bencana likuifaksi.
Sebelum bencana gempa, Kota Palu telah dikenal sebagai kota yang memiliki berbagai objek wisata alam dan budaya yang menarik. Selain mempunyai pemandangan alam yang menakjubkan, banyak objek wisata yang bernilai spiritual bagi masyarakat Kaili. Hingga tahun 2018, wisata alam teluk Palu masih menjadi tujuan favorit para wisatawan. Hal tersebut yang membuat pemerintah kota Palu berupaya mengembangkan berbagai sektor wisata. Seperti dengan mengadakan festival budaya tahunan seperti Festival Palu Nomoni dan membangun infrastruktur pendukung pariwisata seperti Jembatan Palu IV dan masjid terapung di atas teluk Palu.
7 Dosa Mematikan Jadi Strategi Perkembangan Bisnis E-Commerce
Salah satu faktor fisik alami yang berpengaruh dalam perumusan strategi pemulihan citra wisata alam pasca bencana ini adalah faktor alam yang ada di provinsi Sulawesi Tengah. Potensi alam dapat menjadi daya tarik untuk pariwisata, namun faktor alam juga dapat merupakan ancaman bagi pemulihan pariwisata di Sulawesi Tengah. Seperti ancaman gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada tanggal 28 September 2018 lalu di Sulawesi Tengah. Gempa bumi tektonik adalah salah satu proses alam yang paling ditakuti oleh manusia, terutama bencana yang diakibatkan setelah gempa itu terjadi. Jika jenis gempa bumi ini terjadi di dasar laut, gempa bumi tersebut dapat menghasilkan tsunami berkecepatan tinggi seiring dengan perubahan kedalaman air laut.
Pantai Talise sebagai objek wisata unggulan kota Palu juga mengalami kerusakan pasca gempa dan tsunami. Kawasan wisata alam yang terletak di dalam teluk Palu ini justru mengalami kerusakan fisik yang terparah. Sebagian besar bangunan di Pantai Talise telah hancur dan membuat pantai ini mengalami penurunan kunjungan wisatawan secara drastis. Namun demikian, tindakan pemulihan yang bersifat fisik semata tidak akan berguna tanpa strategi untuk pemulihan citra pariwisata pasca bencana. Sehingga lembaga pemerintahan setempat memiliki kewajiban untuk menangani permasalahan ini dan mengembangkan strategi efektif untuk menanggulangi akibat dari bencana tersebut.
Sejalan dengan konteks perumusan strategi pemulihan citra pariwisata pasca bencana, dinas pariwisata sebagai organisasi yang berwenang diwajibkan untuk mengetahui dan memahami permasalahan yang sedang dihadapi. Hal ini dapat ditelusuri dengan menilai kondisi internal dan mengestimasi kondisi eksternal untuk menguraikan tentang peluang dan kekuatan, atau mengidentifikasi tantangan dan kelemahan yang dapat menjadi halangan dalam perumusan strategi pemulihan citra pariwisata pasca bencana di Sulawesi Tengah.
Untuk memulihkan kondisi pariwisata, pada dasarnya memerlukan partisipasi seluruh elemen terkait baik sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat. Namun yang terpenting dan tidak dapat diabaikan adalah terjaminnya perhatian atas unsur keamanan wisatawan. Dalam situasi pasca bencana, keamanan itulah yang terpenting bagi wisatawan maupun para pekerja industri pariwisata. Unsur keamanan akan berhubungan dengan citra yang akan diciptakan objek wisata tersebut. Pemulihan citra yang diikuti dengan pemulihan kondisi objek wisata dalam situasi pasca bencana merupakan hal terbaik yang dapat dilakukan.
Ditulis oleh: Suhendra Baharsyah
*Tulisan ini adalah 'Suara Kita' kiriman dari pembaca. Jitunews.com tidak bertanggung jawab terhadap isi, foto maupun dampak yang timbul dari tulisan ini. Mulai menulis sekarang.
Admin | : | Aurora Denata |