KKP Bersama FAO Sukses Bikin Pakan Ikan dari Bungkil Kelapa Sawit
KKP melakukan panen perdana kolam percontohan pakan ikan mandiri di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Jarwo di Desa Sungai Regit
17 Oktober 2019 10:11 WIB

KKP melakukan panen perdana kolam percontohan pakan ikan mandiri di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Jarwo di Desa Sungai Regit, Kec.Talang Kelapa, Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan. | Dok. KKP |
BANYUASIN, JITUNEWS.COM - Bungkil kelapa sawit atau dikenal dengan Palm Karnel Meal (PKM) merupakan produk sampingan pembuatan minyak kepala sawit yang tersedia sepanjang tahun di Provinsi Sumatera Selatan berpotensi sebagai bahan baku pakan ikan.
Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Ditjen Perikanan Budidaya bersama Food and Agriculture Organization (FAO) mengembangkan pakan ikan patin berbahan baku PKM di Sumatera Selatan melalui proyek “Supporting Local Feed Self-Sufficiency for Inland Aquaculture Development in Indonesia."
Bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia (World Food Day), Rabu (16/10), KKP melakukan panen perdana kolam percontohan pakan ikan mandiri di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Jarwo di Desa Sungai Regit, Kec.Talang Kelapa, Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan.
KKP Pastikan Kebijakan Program Prioritas Perikanan Budidaya Sejalan dengan Arah Pembangunan 2020
Dalam keterangannya di Jakarta, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto sangat mengaspresiasi proyek pakan mandiri ini. “Kalau Palm Karnel Meal atau disingkat PKM ini sudah berhasil dikembangkan, kita dapat mengurangi penggunaan tepung ikan yang selama ini sebagian besar kebutuhannya memang masih dari impor. Apalagi Indonesia merupakan penghasil PKM terbesar kedua setelah Malaysia," kata Slamet.
Lanjutnya, sejak tahun 2019 ini, KKP bersama FAO memang sedang mengembangkan pakan ikan mandiri berbahan baku lokal yaitu PKM sawit melalui uji coba pakan untuk membandingkan efektivitas dan efisiensi dari formula pakan yang direkomendasikan FAO dengan pakan yang biasanya digunakan oleh pembudidaya patin. Uji coba ini melibatkan 6 kelompok pembuat pakan ikan yang berlokasi di Kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang.
“Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pakan ikan khususnya patin yang berkualitas tinggi dan hemat biaya yang mampu diproduksi oleh produsen pakan skala kecil di Indonesia. Apalagi, pakan mandiri sebagian besar sekitar 80% memang digunakan untuk pakan ikan patin," ujarnya.
Lalu kata Slamet, tujuan lainnya adalah meningkatkan produksi ikan air tawar secara signifikan dengan cara pengelolaan pakan yang lebih efektif dan efisien dengan pengurangan ketergantungan pada bahan pakan impor. Selain itu juga menciptakan kesempatan kerja alternatif sektor perikanan budidaya untuk meningkatkan pendapatan bagi penduduk perdesaan.
“Pakan mandiri saat ini semakin diminati dan menjadi andalan pembudidaya ikan skala kecil, karena terbukti memberi nilai tambah keuntungan, mampu menekan 30 – 50% dari biaya produksi. Selain itu, kualitas pakan mandiri mampu bersaing dengan pakan pabrikan," tutur Slamet.
Slamet berharap produk PKM agar tidak semuanya untuk diekspor, mengingat PKM ini merupakan bahan baku kaya protein yang dapat menjadi sumber bahan baku pakan ikan, sehingga masyarakat pembuatan pakan ataupun para pembudidaya juga dapat meningkatkan keuntungan usahanya.
“Saya rasa pemanfaatan PKM ini bisa menjadi CSR (tanggung jawab sosial) perusahaan kepada kelompok pakan mandiri yaitu dalam bentuk dukungan pemenuhan kebutuhan PKM bagi bahan baku pakan secara kontinu," ujar Slamet meyakinkan.
"Indonesia ini kaya akan bahan baku pakan karena merupakan negara tropis dimana biota mudah sekali tumbuh, baik dari tumbuh tumbuhan maupun hewan serta limbahnya yang sangat potensi sebagai bahan baku pakan," tutup Slamet.
Untuk diketahui, pemanfaatan tumbuhan sebagai pengganti tepung ikan juga telah dilakukan oleh salah kelompok pakan mandiri di Lampung dengan mengembangkan tanaman legum atau dikenal dengan indigofera. Beberapa referensi menyebutkan, Indigofera mengandung protein sebesar 23 - 26%, selain itu kaya serat dan kalsium.
Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan (pokdakan) Jarwo yaitu Wagiman, mengakui dengan penggunaan pakan mandiri formulasi FAO, pertumbuhan ikan patin yang dipeliharanya lebih baik dibandingkan dengan penggunaan pakan yang mereka produksi.
“Kalau dengan pakan yang kami produksi kandungan proteinnya hanya 18% kemudian ikan patin yang dipelihara 6 bulan hanya mencapai ukuran 400 – 500 gr per ekor (1 kg isi 3 ekor), sedangkan dengan pakan formulasi FAO, proteinnya bisa mencapai 28% dan berat panennya bisa > 600 gr per ekor," ujar Wagiman saat dimintai keterangan di sela-sela panen ikan.
KKP Kerja Sama Kawasan Perikanan Budidaya Berkelanjutan di Utara Suawesi
Penulis | : | Vicky Anggriawan |